Rabu, 01 April 2015

Sekarang dan Dahulu

Sekarang dan Dahulu

Kalau membahas sekarang yang dulu itu memang gak ada habisnya ya. Aku sedikit pusing dengan perubahan jaman yang begitu pesat. Entah itu berdampak atau berdampak negatif. Tapi setahu aku banyak anak yang tidak menikmati jaman sekarang. Mereka dibuat remaja terlalu cepat. Padahal usia mereka masih kecil
Sekarang aku tidak bisa membedakan mana anak SD, SMP, dan SMA. Semua sama bagiku. Mereka sudah tau cara berdandan, memakai baju layaknya remaja yang sedang puber, padahal masih memaaki baju merah putih. Beda sama aku yang masih sering dibilang anak SMP atau anak SMA, padahal kan udah Kuliah, semester 6 lagi *ehem ehem* . Memang sih tubuhku ini mungil alias pendek L. Make-up? Standar Cuma pake bedak dan pelembab bibir, udah gitu ajah. Simpel kan? *ya walaupun kalau foto tetap pakai camera 360, hihihi* Nah, anak SMP dan SMA dandannya menor bgt, kadang ingin sekali aku meledeknya.
“Memang di sekolahnya ada acara nyindenan ya mba, itu make-up nya tebel banget?”
Oya soal aku yang masih dikira anak SMP atau SMA kalau ga percaya banyak banyak loh yang bilang. Kalau ditanya berapa, aku gak tahu mungkin sering sama orang yang baru ketemu. Aku kasih 3 contoh aja ya. Nanti kalau banyak-banyak bukan cerita tapi dongeng *hehehe, ketawa sendiri*.
Yang pertama saat aku ikut ibu ke pasar belakang rumah. Tetangga gang depan yang jarang keluar rumah heran melihat aku yang masih mungil *uhuk uhuk*.
“Anaknya ya bu? SMPnya dimana de? Kok jam segini belum berangkat sekolah? “ Kata ibu itu
Senyum paksa,”saya sudah kuliah bu.” Kata aku
“HHHAAAAHHHH Kuliah? Saya gak percaya, masa sih sudah kuliah?” Perkataannya bak dia kejepit pintu angkot L Kenceng banget sampai orang yang jualan dipasar nengok-nengok.
“Iya bu anak saya sudah kuliah, semester 3 malah bu,” kata ibuku.
“Ya ampun, kecil banget ya. Lah, anak saya SMP saja tingginya sudah segini bu,” kata ibu itu sambil mengangkat tangannya diatas kepala aku. Jahat L. Ternyata memang anaknya tinggi.
“Iya bu anak saya mah imut-imut, padahal makannya sudah banyak banget bu, belum ngemilmya,” kata ibu aku. *dibongkar kebiasan anaknya, makan banyak tapi gak tinggi-tinggi*.
Yang kedua, waktu aku berangkat kuliah. Di dalam angkot itu sudah ada beberapa penumpang, termasuk mas ganteng yang duduk dipojokan *uhuy*. Mas gantengnya melirik aku terus, jadi salah tingkah aku dibuatnya.
“Jodoh aku please, aku mau yang ini,” pikirku dalam hati konyol.
Lagi enak-enak berkhayal sama si mas ganteng, tiba-tiba dia nanya.
“Mau pergi les ya de?” Sebuah kata terlontar dari bibir manisnya, tapi buat aku langsung “Jjlleeeppp”, terus cita citata nanyi,
“Sakitnya tuh disini di dalam hatiku, sakitnya tuh disini saat kau panggil adik. Saaakkiit ssaaakkiittt. Sakitnya tuh disini,” begitu kira-kira khayalanku.
“Eh enggak kok kak, aku mau kuliah,” kata ku dengan nada pelan.
Dia diam, melihat aku dari atas sampai bawah.
“Maaf ya aku gak tahu, kirain mau pergi les. Abis imut banget sih,” kata dia
Apa? Dia bilang apa? Coba ulang ? Reply please ? Dia bilang imut?  Abis imut banget sih? Oh My God. Sujud syukur aku deh *gak bisa tapinya kan lagi di dalam angkot L*
“Iya gak apa-apa kok kak, udah biasa dibilang seperti itu,” kata aku.
“Oh gitu ya. Kuliah dimana?” Kata dia.
“Di Gunadarma, kakak dimana?” Tanyaku.
“Aku di Bhayangkara, semester 3. Namanya siapa? Aku Fikri,” kata dia menyodorkan tangan.
Aduh ini cowok baik banget, ramah banget, jadi tambah gugup. Aduh dia senyum lagi.
“Mutiah,” kataku.
“Salam kenal ya, sampai ketemu lagi ya. Aku sebentar lagi turun diperempatan depan,” kata dia
“Oh gitu ya,” kataku
“Hhhuufftt, pengorbanan juga ya naik angkot, panas, macet dan polusi. Gara-gara motor rusak sih,” katanya. Curhat nih ye.
“Oh gitu ya,” kataku.
“Sudah dulu ya, bye,” kata dia.
“Iya hati-hati ya,” kataku. Padahal dalam hati nyumpahin, sering-sering ajah motornya rusak biar naik  angkot terus sama aku *hahhaha*. Yaahhhh kenapa juga gak tukeran nomor or Pin BB L . Yah mas ganteng kapan lagi kita bisa ketemu. Siapa tau kamu jodohku *aduh aduh muti*.
Oke, yang terakhir nih yang ke tiga. Waktu pulang kuliah, seperti biasa aku naik angkutan umum. Lagi panas-panasnya terus lagi berkhayal minum es teh mba-mba disamping aku mengagetkan.
“ De, kita dari program xxx mau menawarkan kursus untuk anak SMP yang mau UAS saat ini, bagus kok de sistemnya, dijamin nanti UAS adik bagus nilainya,” kata dia
“ Tapi mba sayaa,” belum selesai ngomong dia udah nyerocos duluan.
“ Iya de, bagus apa lagi ditambah uang bayarannya yang lumayan murah ( sambil ngasih brosur ). Oya adik ini dari SMP mana? Pagi-pagi gini mau kemana?” Tanya dia
“ Saya mau kuliah mba,” kataku singkat.
Mba itu ngeliatin dari atas sampe bawah,” kamu bilang apa tadi kuliah? Jangan bercanda de pasti bohong ni sama orang tuanya kalo kamu mau main tapi bilang kuliah, ya kan,” kata dia sok tahu
“ Beneran mba saya mau kuliah nih lihat kartu mahasiswa saya,” kataku sambil memperlihatkan kartu mahasiwaku.
“ Eh iya benar mukanya sama kayak yang dikartu, maaf ya saya pikir  kamu tuh masih SMP, habis badannya sama mukanya kayak masih SMP, kuliah dimana?” Kata dia
“ Di gunadarma mba, oke gak apa-apa, berarti saya masih imut hehehehe,” kataku  dengan pedenya
“ Iya sih bener, anak jaman sekarang mah malah dandannya ditua-tuain, padahal masih anak SMP or SMA, anak SD juga sekarang gaya-gayanya tengil banget hehe, yang pakai bedaknya menor lah, baju sekolahnya dikecilin, mending pantes ya,” kata dia.
“ Iya mba, emang susah ngebedainnya,” kataku.
Sepanjang jalan aku hanya bisa merenung nasib anak bangsa kelak mau jadi apa nantinya *duile bahasanya*, benar kata guru aku dulu, anak jaman sekarang tuh cuma gayanya saja yang bagus, tapi otaknya nihil. Cantik karena perawatan salon, memang sih sah-sah ajah tapi ya kalau  pantas. Lah masa anak SMP or SMA udah ikut yang seperti itu, kan kasihan kulit mukanya masih tipis padahal masih bagus. Cuma karena ingin cerah sama putih saja, mending tempelin lampu senter saja dimuka *heheheh ppiiss*.
Ada lagi kejadian waktu aku pulang kuliah, ada anak SD sebut saja mawar dan melati *hehehehe*, seangkot denganku.
“ Ti, kemarin kamu sms aku ya??” Tanya si mawar
“ Iya kok gak dibales?” Kata melati
“ Kan udah gue bilang loe balesnya di twitter saja, terus kirimin foto kemarin dong tag-in saja di instagram atau gak di path, oke?” Kata sih mawar
Aku yang mendengarkan obrolan mereka cuma bisa bengong. Anak kecil belagu banget ya sudah bisa main instagram or path, aku saja belum punya aplikasinya. Laahh ajarin dong de.. Dirimu sungguh keren.
Sebenarnya bukan salah merekanya sih jadi berubah, tapi memang perubahan dari kehidupannya, dari teknologi yang canggih, semuanya super praktis, jadi anak-anak jaman sekarang seharusnya bersyukur karena kecanggihan teknologi, karena begitu mereka sekarang jadi lebih tahu dunia luar, tahu info-info dengan cepat. Tapi jangan di salahgunakan juga.
Tapi, lebih seru zaman dulu, zaman aku. Yang masih menggunakan surat-suratan untuk berkomunikasi kalau sedang kangen, terus mengisi biodata teman-teman di binder mereka masing-masing, kalau mengirim surat harus ngumpet-ngumpet nunggu si dia istirahat keluar kelas dan menaruh suratnya di tas *ini mah cerita saat aku menulis surat cinta untuk pertama kalimya. Uhuy*. Terus masih main karet, bekel, masak-masakan, uuhhuuy banget deh. Zaman sekarang mainnya di mall main TimeZone, main game online, malah gak sehat, gak bisa bersosialisai antar sesame, keceriaannya kurang. Bilangnya kumpul sih, tapi sibuk dengan Hanphonenya masing-masing. *Heheheehe.* Tapi ya mau bagaimana lagi sudah begini adanya. Tapi ya jangan sampai menghilangkan permainan zaman dahulu, karena dahulu lebih seru J apalagi jajananya. Aduh aku jadi kangen.




            

Berfikir Induktif

·      Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manari kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

·      Jenis-jenis Penalaran Induktif
Ada 3 jenis penalaran induktif :
1.    Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa – peristiwa khusus untuk untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Proses penalaran ini bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat umum menuju kesimpulan umum yang mengikat umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
§   Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
§  Macam – macam generalisasi :
ü Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
ü Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Penalaran generalisasi bertolak dari satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.


·           Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya. Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
·           Hubungan akibat sebab   
Hubungan akibat sebab merupakan suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh :
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota




Sumber

Ahmadi, H.Abu . 1998 . psikologi Umum . jakarta : PT Rineka Cipta

Ambarwati, Sri  Bahasa Indonesia untuk SMA / MA kelas X semester genap. Klaten , Jawa Tenga